Aku seorang sekretaris di sebuah perusahaan di
jakarta. Bosku masih cukup muda, pintar dan sangat tampan, namanya Reza.
Sepertinya ia sudah memiliki tunangan, namun aku sangat menaruh hati padanya.
Aku sering bertingkah untuk menggodanya, namun ia tak sadar atau mungkin
mengacuhkanku. Walaupun begitu, aku mempunyai keinginan bahwa aku harus
memilikinya. Dan akhirnya datanglah hari di mana kami harus lembur hanya berdua
hingga malam hari untuk menyelesaikan tugas kantor dari divisi kami. Hingga
saat pekerjaan akan selesai, aku membuatkan minum yang sudah kumasukkan obat ke
minumannya agar Pak Reza menjadi setengah sadar.
Aku mencoba masuk ke ruangannya. Sepertinya ia sudah
lelah dan setengah sadar. Aku berjalan ke arahnya, menuju ke belakang tempat ia
duduk dan memijat bahunya. “Pak Reza sepertinya lelah. Lebih baik anda
istirahat dulu” Kataku sambil terus memijat. Ia menolak dengan memajukan
badannya tapi tanganku menahannya agar badannya tetap berada di sandaran kursi.“Eh
nggak usah San, saya Cuma capek sedikit”
jawabnya pelan sambil menahan bahunya. Aku terus memijatnya perlahan, “Nggak
apa- apa Pak, biar saya pijat sebentar” Jawabku di telinganya dengan suara
menggoda. Setelah ia cukup nyaman, aku beranikan untuk menurunkan tanganku ke
dadanya perlahan, pelaaan. “Emhh” Aku mendengar desahan pertamanya tanda dia
mulai merasa nyaman. Aku mulai mengelus dadanya perlahan dari balik kursinya.
Sepertinya obatku berhasil. Ah..dadanya sangat bidang, mulai dari leher, bahu,
lalu melingkar- lingkakan elusanku di sekitar putingnya yang masih terbalut
kemeja. Aku mendekatkan hidungku ke telinganya. “Bagaimana Pak, sudah
mendingan?” Tanyaku agak mendesah sambil kuhembuskan nafasku di sana. Dia
mendangakkan kepala kegelian. Pelan aku mencium telinganya, menjilat lembut,
lalu turun ke leher dan “Aaghhh”, dia melenguh sambil mendongakkan kepala dan
memejamkan matanya, memberikanku kebebasan untuk makin menjilat dan menciumi
lehernya. “Aaghh..” dia mendesah lagi diiringi dengan suara kecupan mulutku di
lehernya. “Jangan Sanhh..” Tapi aku tetap menciumi lehernya, rahangnya, aaah desahannya
membuatku semakin bernafsu.
Aku berpindah ke
depannya. Menariknya berdiri, lalu menciumi lehernya lagi. “Sandra stop san
aaaghh, oohhh” ucapnya tak jelas untuk
menolak namun tak sanggup berbuat apa- apa. Aku mencium bibirnya, dia tidak
membalas namun juga tidak menolak. Aku menekan kepalanya agar mendapatkan
ciuman lebih dalam, lalu meraba dadanya dan perlahan membuka kancing kemejanya
satu persatu sambil terus mencium bibirnya. “emmhck yaah, ohhmmmhhh, aamhh”
suara ciuman dan nafas ku terdengar berpautan. Aah sungguh nikmat.
Kemejanya
sudah terbuka di bagian dada dan aku menyibakkan kemejanya, kulihat dadanya
yang bidang dan putingnya, ooh sungguh meningkatkan nafsuku padanya. Sambil
terus mengulum bibirnya, tanganku meraba- aba dadanya langsung tanpa perantara
kemeja. Memainkan kedua putingnya dengan ibujariku “Eeemgghh” ia mendesah dan
sedikit menggelinjang saat putingnya ku permainkan agar ia terangsang.
Sambil tetap
berciuman dan memainkan putingnya, aku perlahan menggiringnya mundur dan aku
duduk di meja kerjanya, melebarkan kaki ku dan memepetkan tubuhnya. Aku berdiri
di meja dan ia di hadapanku. Aku mencengkeram rambut belakangnya dan menekannya
sehingga dapat berciuman lebih dalam. Dadaku ku busungkan untuk menekan dadanya
dengan payudaraku, aaaah aku menekan dan menggesekkan dadaku ke dadanya. Dengan
tanganku yang masih mencengkram rambutnya, perlahan ku giring kepalanya dari
bibirku turun perlahan ke leherku. Kuarahkan kepalanya untuk mencium leherku
“cium Rez, aaaggh,, jilathh, yaah emmh” aku mengerang keenakan saat dia
menjilat dan menciumi leherku. Entah kenapa ia menurut, mungkin obatnya mulai
bekerja. Kuarahkan kepalanya ke arah titik rangsang di leherku, oh sungguh
nikmat. Aku masih mencengkeram rambutnya untuk menekan kepalanya ke leherku,
aku mendongakkan kepalaku agar dapat merasakan tiap kecupan bibir Reza di
leherku.
Aku menjambak rambutnya agar kepalanya menengadah.
Kini giliranku lagi untuk menikmati lehernya. Sungguh leher yang putih dan
bersih, mulai dari rahang, jakunnya, semua ku cium dan kujilati. Tanganku yang
kanan tetap mencengkram rambutnya, mulutku menciumi lehernya dan tangan kiriku
memainkan putingnya. Aku yakin dia sangat keenakan mendapat dua rangsangan
sekaligus. “Aaah, san, hentikan sanhh aaghh” tangannya berusaha menyingkirkan
tanganku dari putingnya namun terlalu lemah. “Ssthh rezh, aaagghh, malam ini
kamu milikku aaghck” kataku sambil sibukk menjilati lehernya. Aku menaikkan
frekuensi permainan jari telunjuk kiriku di putingnya supaya ia lebih
terangsang dan tidak membangkang. “Aaargh sanh ooh, cukup sanhh, aku tak
tahanhh” Oh ucapannya justru semakin menggairahkanku dan mendorongku untuk
melakukan lebih.
Aku mengarahkan kepalanya ke leherku lagi, bibir dan
nafasnya memburu di situ, nikmat dan geli aah.. Lalu aku menurunkan kepalanya dari
leherku perlahan..perlahan..menuju bahuku. Aku membuka blazerku agar tak
menghalangi. Kini aku tinggal memakai kemeja putih tipis yang kancingnya telah
terbuka tiga. “Cium rezz, ciummh” kataku sambil mengarahkan kepalanya ke arah
belahan dadaku. Aah nikmat sekali sungguh aku tidak pernah membayangkan ini
akan terjadi.
Aku
mendorongnya duduk ke kursi kerjanya dan aku duduk di pangkuannya berhadap-
hadapan. Untung kursinya tidak memiliki
gagang samping sehingga kaki ku leluasa
kutaruh di samping pinggangnya. Aku mencium bibirnya dan kali ini dia
sedikit merespon ciumanku. Tanganku mengenggam tangannya dan menggiringnya
menuju payudaraku. Kuletakkan tangannya di payudaraku agar ia dapat meremasnya.
“Ayo remass,, sssshhhhhck” Kataku sambil sibuk menciuminya dan menahan kegelian
luar biasa di payudaraku. Ciumanku turun dari bibir ke dagu, lalu lehernya. Kuambil
dasinya di meja kerja lalu mengikat tangannya ke belakang di belakang kursi.
Aku menatapnya dengan tatapan menggoda, kemudian meremas- remas payudaraku
sendiri di hadapannya dan memainkan pinggulku untuk menggesek2an penis di balik
celananya ke bagian intimku. “Aah.., yahhh uhhh” erangku untuk menggodanya. Aku
membuka kancing- kancing kemejaku dengan gaya yang sangat menggoda sambil tetap
mamaju mundurkan pinggulku. Semua kancingku telah terbuka dan braku terlihat,
aku lalu menyibakkan kemejaku namun tak melepasnya. Aku menarik kepala Pak Reza
dan membenamkannya ke payudaraku yang masih terbalut bra. “Ciumhh, yaah,, ahh,
nikmath" erangku sambil tetap
memaju mundurkan pinggulku. Entah karena obat atau apa, kali ini dia menurutiku.
Dia menciumi payudaraku dari luar bra dan memberi gigitan kecil di putingku.
Pintar! Area bawahku semakin nikmat, mendapat dua rangsangan secara bersamaan
dan sepertinya mulai basah di bawah sana. “Yagh terus Rez aaghh, yeaah, aaghhh,
uuhh” Lenguhku keenakan, Tanganku berada di kepalanya yang terbenam
dipayudaraku. Aku melepaskan ikatan tangannya. “Remas Rezhh, sedikit lagiih
yaah” Ia menuruti kataku. Ciumannya kini berpindah ke leher, nikmat sekali,
kedua tangannya meremas payudaraku dan pinggulku tetap bergoyang, “AAAGH! Aah,,
yaaaah!” Erangku tak karuan mendapat tiga rangsangan sekaligus, membawaku ke
puncak kenikmatan. Nafasku memburu, dadaku masih naik turun. Tapi aku belum
puas, aku masih ingin melihat Pak Reza yang seksi ada di puncak kenikmatan.
Aku menariknya
ke sofa yang sebenarnya sangat luas sehingga bisa dibilang mirip seperti kasur.
Ia kusuruh duduk di pinggir sofa dan aku duduk dipangkuannya. Aku melepas
kemejaku hingga tinggal mengenakan bra dan rok span mini. Aku mencium bibirnya hingga
kepalanya menengadah. Tanganku mengelus- elus dadanya, menyentuh putingnya, dan
pinggulku ku maju mundurkan. Putingnya kumainkan menggunakan telunjukku, dan
kupercepat gerakannya. Putingnya menegang. “Aaah.. Sanh hentikan, aaarghh”
erangannya berubah saat kuturunkan kepalaku untuk memainkan putingnya dengan
lidahku. Ia membusungkan dadanya. Yah aku berhasil. Kunaik turunkan lidahku di
putingnya dengan cepat. Dapat kurasakan penisnya menegang dan “Aaaaaagh” ia
mendesah keras.
Kubaringkan ia
ke sofa dan kulentangkan tangannya, kubuka kedua kakinya dengan kakiku. Yah,
kucium bibirnya, lehernya dan kedua tanganku memainkan kedua putingnya,
kulingkar- lingkarnya, ku sentuh permukaannya, lalu kunaik turunkan. Penisnya
ku gesek2 dengan bagian bawahku. “Emmh,,aaagh” Ia mendesah. “Ahh. Ahh.. Ahh”, saat
ku genjot penisnya. “Nikmat rezhh? Yaahh kanh?” Tanyaku menggoda. Kurasakan
penisnya menegang. “Aaaagh saanh, aku tak tahannhhh, jangan saanhh, berhenti”
Katanya memohon. Kupercepat permainan telunjukku di kedua putingnya, dan area
bawahku semakin nikmat. “Aagh, sanh, kumohon, hentikan sanh, aagh..aaahh,
hhh...hh, aaahh aah, Aaaagh!” ia mendesah keras. Dan mulai saat itu juga, Pak Reza menjadi milikku.
No comments:
Post a Comment