Monday, March 16, 2015

Bos dan Sekretaris Penggoda

Aku seorang sekretaris di sebuah perusahaan di jakarta. Bosku masih cukup muda, pintar dan sangat tampan, namanya Reza. Sepertinya ia sudah memiliki tunangan, namun aku sangat menaruh hati padanya. Aku sering bertingkah untuk menggodanya, namun ia tak sadar atau mungkin mengacuhkanku. Walaupun begitu, aku mempunyai keinginan bahwa aku harus memilikinya. Dan akhirnya datanglah hari di mana kami harus lembur hanya berdua hingga malam hari untuk menyelesaikan tugas kantor dari divisi kami. Hingga saat pekerjaan akan selesai, aku membuatkan minum yang sudah kumasukkan obat ke minumannya agar Pak Reza menjadi setengah sadar.
Aku mencoba masuk ke ruangannya. Sepertinya ia sudah lelah dan setengah sadar. Aku berjalan ke arahnya, menuju ke belakang tempat ia duduk dan memijat bahunya. “Pak Reza sepertinya lelah. Lebih baik anda istirahat dulu” Kataku sambil terus memijat. Ia menolak dengan memajukan badannya tapi tanganku menahannya agar badannya tetap berada di sandaran kursi.“Eh nggak usah San,  saya Cuma capek sedikit” jawabnya pelan sambil menahan bahunya. Aku terus memijatnya perlahan, “Nggak apa- apa Pak, biar saya pijat sebentar” Jawabku di telinganya dengan suara menggoda. Setelah ia cukup nyaman, aku beranikan untuk menurunkan tanganku ke dadanya perlahan, pelaaan. “Emhh” Aku mendengar desahan pertamanya tanda dia mulai merasa nyaman. Aku mulai mengelus dadanya perlahan dari balik kursinya. Sepertinya obatku berhasil. Ah..dadanya sangat bidang, mulai dari leher, bahu, lalu melingkar- lingkakan elusanku di sekitar putingnya yang masih terbalut kemeja. Aku mendekatkan hidungku ke telinganya. “Bagaimana Pak, sudah mendingan?” Tanyaku agak mendesah sambil kuhembuskan nafasku di sana. Dia mendangakkan kepala kegelian. Pelan aku mencium telinganya, menjilat lembut, lalu turun ke leher dan “Aaghhh”, dia melenguh sambil mendongakkan kepala dan memejamkan matanya, memberikanku kebebasan untuk makin menjilat dan menciumi lehernya. “Aaghh..” dia mendesah lagi diiringi dengan suara kecupan mulutku di lehernya. “Jangan Sanhh..” Tapi aku tetap menciumi lehernya, rahangnya, aaah desahannya membuatku semakin bernafsu.
Aku berpindah ke depannya. Menariknya berdiri, lalu menciumi lehernya lagi. “Sandra stop san aaaghh, oohhh” ucapnya tak jelas  untuk menolak namun tak sanggup berbuat apa- apa. Aku mencium bibirnya, dia tidak membalas namun juga tidak menolak. Aku menekan kepalanya agar mendapatkan ciuman lebih dalam, lalu meraba dadanya dan perlahan membuka kancing kemejanya satu persatu sambil terus mencium bibirnya. “emmhck yaah, ohhmmmhhh, aamhh” suara ciuman dan nafas ku terdengar berpautan. Aah sungguh nikmat.
Kemejanya sudah terbuka di bagian dada dan aku menyibakkan kemejanya, kulihat dadanya yang bidang dan putingnya, ooh sungguh meningkatkan nafsuku padanya. Sambil terus mengulum bibirnya, tanganku meraba- aba dadanya langsung tanpa perantara kemeja. Memainkan kedua putingnya dengan ibujariku “Eeemgghh” ia mendesah dan sedikit menggelinjang saat putingnya ku permainkan agar ia terangsang.
Sambil tetap berciuman dan memainkan putingnya, aku perlahan menggiringnya mundur dan aku duduk di meja kerjanya, melebarkan kaki ku dan memepetkan tubuhnya. Aku berdiri di meja dan ia di hadapanku. Aku mencengkeram rambut belakangnya dan menekannya sehingga dapat berciuman lebih dalam. Dadaku ku busungkan untuk menekan dadanya dengan payudaraku, aaaah aku menekan dan menggesekkan dadaku ke dadanya. Dengan tanganku yang masih mencengkram rambutnya, perlahan ku giring kepalanya dari bibirku turun perlahan ke leherku. Kuarahkan kepalanya untuk mencium leherku “cium Rez, aaaggh,, jilathh, yaah emmh” aku mengerang keenakan saat dia menjilat dan menciumi leherku. Entah kenapa ia menurut, mungkin obatnya mulai bekerja. Kuarahkan kepalanya ke arah titik rangsang di leherku, oh sungguh nikmat. Aku masih mencengkeram rambutnya untuk menekan kepalanya ke leherku, aku mendongakkan kepalaku agar dapat merasakan tiap kecupan bibir Reza di leherku.
Aku menjambak rambutnya agar kepalanya menengadah. Kini giliranku lagi untuk menikmati lehernya. Sungguh leher yang putih dan bersih, mulai dari rahang, jakunnya, semua ku cium dan kujilati. Tanganku yang kanan tetap mencengkram rambutnya, mulutku menciumi lehernya dan tangan kiriku memainkan putingnya. Aku yakin dia sangat keenakan mendapat dua rangsangan sekaligus. “Aaah, san, hentikan sanhh aaghh” tangannya berusaha menyingkirkan tanganku dari putingnya namun terlalu lemah. “Ssthh rezh, aaagghh, malam ini kamu milikku aaghck” kataku sambil sibukk menjilati lehernya. Aku menaikkan frekuensi permainan jari telunjuk kiriku di putingnya supaya ia lebih terangsang dan tidak membangkang. “Aaargh sanh ooh, cukup sanhh, aku tak tahanhh” Oh ucapannya justru semakin menggairahkanku dan mendorongku untuk melakukan lebih.
Aku mengarahkan kepalanya ke leherku lagi, bibir dan nafasnya memburu di situ, nikmat dan geli aah.. Lalu aku menurunkan kepalanya dari leherku perlahan..perlahan..menuju bahuku. Aku membuka blazerku agar tak menghalangi. Kini aku tinggal memakai kemeja putih tipis yang kancingnya telah terbuka tiga. “Cium rezz, ciummh” kataku sambil mengarahkan kepalanya ke arah belahan dadaku. Aah nikmat sekali sungguh aku tidak pernah membayangkan ini akan terjadi.
Aku mendorongnya duduk ke kursi kerjanya dan aku duduk di pangkuannya berhadap- hadapan.  Untung kursinya tidak memiliki gagang samping sehingga kaki ku leluasa  kutaruh di samping pinggangnya. Aku mencium bibirnya dan kali ini dia sedikit merespon ciumanku. Tanganku mengenggam tangannya dan menggiringnya menuju payudaraku. Kuletakkan tangannya di payudaraku agar ia dapat meremasnya. “Ayo remass,, sssshhhhhck” Kataku sambil sibuk menciuminya dan menahan kegelian luar biasa di payudaraku. Ciumanku turun dari bibir ke dagu, lalu lehernya. Kuambil dasinya di meja kerja lalu mengikat tangannya ke belakang di belakang kursi. Aku menatapnya dengan tatapan menggoda, kemudian meremas- remas payudaraku sendiri di hadapannya dan memainkan pinggulku untuk menggesek2an penis di balik celananya ke bagian intimku. “Aah.., yahhh uhhh” erangku untuk menggodanya. Aku membuka kancing- kancing kemejaku dengan gaya yang sangat menggoda sambil tetap mamaju mundurkan pinggulku. Semua kancingku telah terbuka dan braku terlihat, aku lalu menyibakkan kemejaku namun tak melepasnya. Aku menarik kepala Pak Reza dan membenamkannya ke payudaraku yang masih terbalut bra. “Ciumhh, yaah,, ahh, nikmath" erangku sambil  tetap memaju mundurkan pinggulku. Entah karena obat atau apa, kali ini dia menurutiku. Dia menciumi payudaraku dari luar bra dan memberi gigitan kecil di putingku. Pintar! Area bawahku semakin nikmat, mendapat dua rangsangan secara bersamaan dan sepertinya mulai basah di bawah sana. “Yagh terus Rez aaghh, yeaah, aaghhh, uuhh” Lenguhku keenakan, Tanganku berada di kepalanya yang terbenam dipayudaraku. Aku melepaskan ikatan tangannya. “Remas Rezhh, sedikit lagiih yaah” Ia menuruti kataku. Ciumannya kini berpindah ke leher, nikmat sekali, kedua tangannya meremas payudaraku dan pinggulku tetap bergoyang, “AAAGH! Aah,, yaaaah!” Erangku tak karuan mendapat tiga rangsangan sekaligus, membawaku ke puncak kenikmatan. Nafasku memburu, dadaku masih naik turun. Tapi aku belum puas, aku masih ingin melihat Pak Reza yang seksi ada di puncak kenikmatan.
Aku menariknya ke sofa yang sebenarnya sangat luas sehingga bisa dibilang mirip seperti kasur. Ia kusuruh duduk di pinggir sofa dan aku duduk dipangkuannya. Aku melepas kemejaku hingga tinggal mengenakan bra dan rok span mini. Aku mencium bibirnya hingga kepalanya menengadah. Tanganku mengelus- elus dadanya, menyentuh putingnya, dan pinggulku ku maju mundurkan. Putingnya kumainkan menggunakan telunjukku, dan kupercepat gerakannya. Putingnya menegang. “Aaah.. Sanh hentikan, aaarghh” erangannya berubah saat kuturunkan kepalaku untuk memainkan putingnya dengan lidahku. Ia membusungkan dadanya. Yah aku berhasil. Kunaik turunkan lidahku di putingnya dengan cepat. Dapat kurasakan penisnya menegang dan “Aaaaaagh” ia mendesah keras.
Kubaringkan ia ke sofa dan kulentangkan tangannya, kubuka kedua kakinya dengan kakiku. Yah, kucium bibirnya, lehernya dan kedua tanganku memainkan kedua putingnya, kulingkar- lingkarnya, ku sentuh permukaannya, lalu kunaik turunkan. Penisnya ku gesek2 dengan bagian bawahku. “Emmh,,aaagh” Ia mendesah. “Ahh. Ahh.. Ahh”, saat ku genjot penisnya. “Nikmat rezhh? Yaahh kanh?” Tanyaku menggoda. Kurasakan penisnya menegang. “Aaaagh saanh, aku tak tahannhhh, jangan saanhh, berhenti” Katanya memohon. Kupercepat permainan telunjukku di kedua putingnya, dan area bawahku semakin nikmat. “Aagh, sanh, kumohon, hentikan sanh, aagh..aaahh, hhh...hh, aaahh aah, Aaaagh!” ia mendesah keras. Dan mulai saat itu juga, Pak Reza menjadi milikku.


No comments:

Post a Comment